PMK Hewan Ancam Investasi Pendidikan Hingga Kestabilan Harga Pasar

    PMK Hewan Ancam Investasi Pendidikan Hingga Kestabilan Harga Pasar

    SURABAYA - Penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak tengah mewabah di Indonesia. Imbas dari wabah tersebut juga sampai menyerang sektor ekonomi rakyat.

    Hal itu senada dengan penyampaian Koordinator Program Studi Magister Ekonomi Kesehatan Sekolah Pascasarjana UNAIR Dr Ni Made Sukartini SE MSi MIDEC. Menurutnya, salah satu ekonomi terdampak adalah terkait investasi pendidikan anak.

    “Karena, kalau kita lihat masyarakat di desa, mereka biasanya memiliki hewan ternak untuk kebutuhan biaya pendidikan anaknya kelak. Dengan adanya PMK ini, penjualan atau produksi hewan ternak akan terganggu. Padahal, nilai jual hewan ternak bisa sampai puluhan juta sehingga diharapkan akan cukup untuk membiayai, ” tuturnya pada acara bertajuk Bisakah Indonesia Bebas PMK? Mari Belajar Tata Kelola Peternakan Berkelanjutan oleh Sekolah Pascasarjana UNAIR, Jumat (27/5/2022).

    Karena itu, jika kondisi tersebut berlangsung secara terus-menerus, maka akan menganggu keputusan investasi pendidikan. Angka putus sekolah akan meningkat karena faktor ekonomi akibat PMK ini. Jadi, PMK tidak hanya menganggu level bisnis skala besar, namun skala kecil juga turut merasakan imbasnya.

    Imbas Jelang Idul Adha

    Pada dasarnya aspek ekonomi bukan hanya di sisi produksi, tapi juga konsumsi. Aspek konsumsi hewan ternak, terutama sapi dan kambing akan meningkat jelang Idul Adha dan kebutuhan masyarakat turut terganggu.

    “Saya melihat masjid-masjid di Kota Surabaya ini biasanya permintaan hewan kurbannya mencapai puluhan. Kalau kemudian produksi hewan kurban ini tidak berjalan lancar, maka kebutuhan atau konsumsi juga akan terhambat. Ketika permintaan hewan tinggi namun produksi terbatas, harga juga kemudian dapat melambung, ” papar Dr Made.

    Jika kondisi tersebut berlangsung terus-menerus maka permintaan hewan kurban bisa jadi menurun. Selanjutnya dikhawatirkan akan ada (langkah alternatif) untuk tetap dapat memenuhi permintaan pasar. “Yang menakutkan ya akan ada cara-cara curang dalam perdagangan, ” imbuh Dr Made.

    Menganggu Kebutuhan Protein

    Daging sapi dan daging merah merupakan salah satu sumber protein utama. Banyak masyarakat yang memang membutuhkannya. Gangguan distribusi daging bisa terjadi di lingkup rumah tangga. Kebutuhan protein akan terganti dengan sumber lain seperti daging ayam, telur, ikan, dan lainnya. 

    Namun, lagi-lagi bukan tidak mungkin bahwa protein-protein pengganti tersebut juga bisa naik harganya karena peralihan konsumsi masyarakat.

    “Ini adalah efek lanjutan secara ekonomi. Harga-harga bahan yang tadinya normal bisa ikut naik. Dampak yang lebih lanjut ya makanan-makanan favorit seperti bakso, iga bakar, dan lainnya bisa ikut hilang, ” ungkap Dr Made. (*)

    SURABAYA
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Dukung Smart Eco Campus, Hijaukan Kampus...

    Artikel Berikutnya

    Mengenal Filsafat Stoikisme, Konsep Hidup...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Hendri Kampai: Merah Putih, Bukan Abu-Abu, Sekarang Saatnya Indonesia Berani Jadi Benar
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan dan Paradoks Kebijakan
    Hendri Kampai: Negara Gagal Ketika Rakyat Ditekan dan Oligarki Diberi Hak Istimewa
    Hendri Kampai: Pemimpin Inlander Selalu Bergantung pada Asing
    Hendri Kampai: Harta Karun Indonesia, Jangan Sampai Jatuh ke Tangan yang Salah!

    Ikuti Kami