PERHEPI dan UB Bahas Tantangan Bidang Pertanian Kedepan 

    PERHEPI dan UB Bahas Tantangan Bidang Pertanian Kedepan 

    Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) mengadakan konferensi internasional membahas tantangan bidang pertanian kedepan. Konferensi Internasional yang dihadiri sebanyak 100 peserta secara luring diadakan di Hotel Harris, Jumat (27/5/2022).

    “UB mendukung penuh acara ini. Saya percaya di era industri peranan pangan tidak dapat digantikan dengan komoditas lain. Saya berharap melalui forum ini bisa meningkatkan pengetahuan dan memberikan masukan pemerintahDalam mengembangkan food system’ dan agriculture in Indonesia, ”kata Rektor UB Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani, AR., M.S.

    Prof Nuhfil menambahkan menjadi tantangan kedepan yangmana konsumen pilih dan cari bukan hanya soal perut kenyang tapi juga nutrisi.

    “Seperti halnya functional food untuk menurunkan kolesterol dan diabetes, ” katanya.

    Dari kiri ke kanan: Prof Nuhfil, Bayu Krisnamurthi, dan Prof. Bustanul Arifin

    Koordinator Tenaga Ahli di Kementerian Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengungkapkan Sistem’ Swasembada Pangan saat ini sudah tidak relevan untuk diterapkan. Masyarakat tidak hanya butuh nasi untuk mencukupi kebutuhan nutrisi mereka.

    “Ada banyak hal yang dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi nutrisi tubuhnya. Tidak hanya sekedar nasi tapi juga ada lauk pauk dan singkong, ” katanya.

    Bayu menambahkan, dalam food system atau sistem pangan kuncinya adalah gizi atau nutrisi yang masuk ke dalam tubuh manusia.

    Universitas Brawijaya (UB) mendapat mandat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) untuk menyelenggarakan Konferensi Internasional ISAE (Perhepi) 2022.

    Acara ini dibuka oleh Ketua Umum PERHEPI Prof. Bustanul Arifin. Dalam sambutannya, Bustanul Arifin menaruh apresiasi dan berterima kasih kepada UB yang terlibat penuh dari awal sampai pelaksanaan.

    “Penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada Profesor Nuhfil Hanani, Rektor Universitas Brawijaya beserta timnya yang telah terlibat penuh dalam Konferensi Internasional ISAE ini, mulai dari tahap perencanaan awal hingga tahap pelaksanaan hari ini”, kata Bustanul dosen Unila ini.

    Konferensi ini mengambil tema “Transforming Global Food System: Strengthening Agricultural Sector” untuk menyatukan isu-isu kompleks seperti transformasi sistem pangan global, terutama tentang bagaimana memperkuat sektor pertanian, meningkatkan alokasi dukungan dan sumber daya untuk petani kecil, dan mengembangkan kemitraan multi-stakeholder yang lebih inklusif dan lebih kuat.

    Menurut Bustanul, sistem pangan global berada dalam tantangan yang sangat serius, setelah dua tahun pandemi Covid-19 yang menyebabkan resesi ekonomi global. Ketegangan terbaru antara Rusia dan Ukraina dan masalah geopolitik global lainnya telah meningkatkan inflasi global. Laju inflasi Indonesia pada tahun 2022 diperkirakan akan mencapai lebih dari 5 persen, meningkat signifikan dari 2, 6 persen pada tahun 2021.

    Indonesia saat ini menganut dan mengembangkan sistem pangan berkelanjutan yang komprehensif, meliputi kegiatan sistem produksi, pengolahan, distribusi, perdagangan, dan sistem konsumsi pangan. Outcome dari sistem pangan adalah peningkatan ketahanan pangan yang meliputi ketersediaan pangan, akses pangan dan pemanfaatan pangan.

    Dalam visi keberlanjutan, sistem pangan juga membawa hasil berupa kesejahteraan sosial yang meliputi lapangan kerja, tingkat pendapatan, modal manusia, modal sosial, modal politik dan kesehatan lingkungan yang meliputi aliran stok ekosistem, jasa ekosistem, akses ke modal alam dan lain-lain.

    Di sektor pertanian pangan, Indonesia telah berkomitmen untuk menerapkan Sustainable and Resilient Food Systems (SRFS).

    SRFS merupakan landasan penting untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi untuk dapat berkontribusi pada pola makan yang sehat dan seimbang, pengentasan kemiskinan, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, konservasi ekosistem, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

    Konferensi ini menghadirkan pembicara antara lain: Profesor Matin Qaim (Presiden Asosiasi Internasional Ekonomi Pertanian-IAAE), Profesor Kei Kajisa (Presiden Masyarakat Ekonomi Pertanian Asia-ASAE), Profesor Ryohei Kada (Lembaga Penelitian Kemanusiaan dan Alam), Profesor Atsushi Yoshimoto (Lembaga Matematika Statistik), Profesor Hermanto Siregar (Rektor Institut Perbanas), dan Profesor Bayu Krisnamurthi (IPB University). Sedangkan 83 presenter akan tampil menyampaikan materi dan poster. (Humas UB)

    KOTA MALANG
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    UB Bekali Pendidikan Deradikalisasi Sejak...

    Artikel Berikutnya

    Tim Pengabdian FEB Tingkatkan Skill Manajerial...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Hendri Kampai: Merah Putih, Bukan Abu-Abu, Sekarang Saatnya Indonesia Berani Jadi Benar
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan dan Paradoks Kebijakan
    Hendri Kampai: Negara Gagal Ketika Rakyat Ditekan dan Oligarki Diberi Hak Istimewa
    Hendri Kampai: Pemimpin Inlander Selalu Bergantung pada Asing
    Hendri Kampai: Harta Karun Indonesia, Jangan Sampai Jatuh ke Tangan yang Salah!

    Ikuti Kami