IKN Berpotensi Krisis Air Bersih? Ini Kata Pakar UNAIR

    IKN Berpotensi Krisis Air Bersih? Ini Kata Pakar UNAIR

    SURABAYA - Kawasan Ibu Kota Negara Baru (IKN) Penajam Paser Utara (PPU) Kalimantan Timur diduga berpotensi mengalami krisis air bersih, utamanya air kelas 1 dan 2. Penilaian itu didasarkan pada kondisi geografis di daerah IKN yang mayoritas memiliki tanah gambut. Selain itu, banyaknya industri ekstraktif mengakibatkan sumber air tanah di sana tidak layak untuk dikonsumsi atau digunakan sehari-hari.

    Dosen Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR Dr Nurina Fitriani ST menilai, dengan pengelolaan yang tepat, potensi IKN mengalami krisis air bersih sangatlah rendah. Pasalnya, sumber air bersih tidak hanya didapatkan melalui air tanah saja melainkan bisa diperoleh dari pengolahan air permukaan, air hujan, bahkan air laut.

    Perlu diketahui bahwa daerah IKN memiliki curah hujan tahunan yang tergolong sangat tinggi yakni 2.223 milimeter dan air permukaan baik itu sungai, embung, maupun waduk yang cukup banyak. 

    Menurut Nurina, hal itu merupakan potensi sumber air yang bisa digunakan untuk memenuhi ketersediaan air bersih apabila dikelola dengan baik.

    Nurina berharap, nantinya pengembangan IKN tetap berpegang teguh pada tiga konsep yang sudah tertuang dalam UU No 3 Tahun 2022 yakni kota hutan, kota spons, dan kota cerdas.

    "Karena solusi permasalahan air ini ada pada dua dari tiga konsep pengembangan IKN, yakni kota hutan dan kota spons, " jelas Nurina pada Senin (25/4/2022).

    Tingkatkan Cadangan Air Melalui Kota Hutan

    Dalam paparannya, Nurina menyampaikan bahwa cadangan air dalam tanah tidak terlepas dari adanya hutan. Hal itu terjadi karena hutan merupakan regulator dalam sistem hidrologi. Hutan dapat menyimpan dan menyaring serta membersihkan air untuk disimpan dalam akuifer.

    Oleh karena itu, pembangunan yang merujuk pada konsep kota hutan adalah salah satu upaya untuk menjamin ketersediaan air bersih di IKN nantinya, " imbuh dosen Departemen Biologi FST UNAIR tersebut.

    Ia juga berharap, wilayah hutan yang saat ini mendominasi hampir 80 persen dari wilayah IKN nantinya dibiarkan tetap alami guna mendukung ketersediaan air di Wilayah IKN. Biarkan tetap alami dan terjaga, jangan dibabat kemudian dialihfungsikan untuk hutan sawit, tandasnya.

    Kota Spons sebagai Sarana Pemanfaatan Tingginya Curah Hujan

    Menurut penjelasan Nurina, konsep kota spons sangat cocok diterapkan di wilayah IKN yang memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Ia memaparkan, kota spons sendiri merupakan model konstruksi perkotaan guna menjaga air hujan agar tidak langsung bermuara ke laut. Yakni melalui pembangunan embung dan sumur resapan air, " ungkapnya.

    Selain itu, lanjutnya, dalam kota spons juga dilakukan rainwater harvesting atau mengumpulkan dan menyimpan air hujan dalam skala rumah tangga. Hal itu memungkinkan dilakukan karena sudah diaplikasikan di beberapa negara seperti China, Spanyol, Belgia, dan India.

    Nantinya, lanjut Nurina, Air hujan yang telah dikumpulkan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari cukup dengan metode filtrasi sederhana.

    Filter dapat dibuat dari bahan yang bisa dijumpai di rumah seperti genteng, pasir, arang, kerikil, ijuk dan batu-batuan dan air hasil penyaringan sudah bisa langsung digunakan untuk keperluan sehari-hari namun tidak untuk diminum secara langsung, ungkapnya. (*)

    SURABAYA
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    ITS Dipercaya BPTI Jadi Tuan Rumah KRI 2022

    Artikel Berikutnya

    Mahasiswa Farmasi UNAIR Raih 3rd Best Editorial...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Hendri Kampai: Merah Putih, Bukan Abu-Abu, Sekarang Saatnya Indonesia Berani Jadi Benar
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan dan Paradoks Kebijakan
    Hendri Kampai: Negara Gagal Ketika Rakyat Ditekan dan Oligarki Diberi Hak Istimewa
    Hendri Kampai: Pemimpin Inlander Selalu Bergantung pada Asing
    Hendri Kampai: Harta Karun Indonesia, Jangan Sampai Jatuh ke Tangan yang Salah!

    Ikuti Kami